Minggu, 26 September 2010

Polisi Halal Dibunuh

Jakarta-HARIAN BANGSA
  • Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri menegaskan bahwa pelaku perampokan di Sumatera Utara menjadi satu bagian dengan kelompok teroris yang menganggap halal kejahatan tersebut, meski sampai membunuh polisi.


"Bahwa perampokan-perampokan yang terjadi itu sah dan halal. Kita, khususnya polisi dianggap halal untuk dibunuh,” ujar Kapolri dalam konferensi pers di Kompleks Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Jumat (24/9).
Dalam kesempatan tersebut Kapolri juga memaparkan terkait jumlah tersangka perampokan di CIMB Niaga yang berhasil ditangkap dari Sumut dan sekitarnya.
"Keseluruhannya ada 16 orang, 3 orang meninggal. Tolong dipahami, tidak ada mereka (pelaku perampokan dengan kelompok teroris) yang terlepas,” tegasnya.
Komplotan ini, kata Kapolri, adalah kelompok yang bisa beradapsi dengan masyarakat, memiliki identitas baru dan dapat menyatu dengan orang banyak. Bahkan boleh jadi dikenal baik oleh masyarakat.
“Dan nyatanya mereka adalah pelaku dan bisa dibuktikan kelompok teror. Jadi tidak ujug-ujug (menangkap),” tandanya.
Kapolri menambahkan, kelompok ini juga sudah melakukan aksi di salah satu warnet di Medan baru dengan menggasak uang senilai Rp27 juta dan dari sebuah money changer senilai Rp76 juta.
“Dan sudah ada tiga showroom yang sudah diamati. Walaupun mereka telah menembak anak-anak kita (polisi), itu tidak akan menyurutkan kita,” paparnya.  
Kapolri keberatan dengan penilaian tersebut jika upaya penangkapan itu melanggar HAM. Menurut BHD, aksi terorisme yang merebak sejak awal tahun 2000 di Indonesia telah menyebabkan korban meninggal sebanyak 298 orang dan 838 lainnya menderita luka dan cacat tetap. Belum lagi kerugian material dan ekonomi.
Ia juga menyebut, 19 polisi gugur dalam operasi penggerebekan teroris dalam kurun waktu 10 tahun ini. Sedangkan 29 personel lainnya menderita luka-luka.
"Dengan ada pernyataan-pernyataan miring bahwa seolah operasi Densus melanggar HAM, kenyataannya yang kita hadapi seperti itu. Apakah tepat kita dituduh seperti itu (melanggar HAM)?" kata BHD.
Menurut Kapolri, harus diingat pula bahwa kelompok teroris merupakan orang-orang terlatih dalam menggunakan senjata. Mereka sudah melakukan berbagai latihan perang kota dan gerilya di Pakistan, Afghanistan, maupun negara-negara lainnya. Doktrin dan militansi para pelaku pun cukup kuat. Mereka siap untuk mati syahid.
Dalam kondisi itu, polisi tidak dapat menangkap mereka dengan menggunakan Standard Operating Prosedure (SOP) yang biasa-biasa saja.
"Apakah pada saat menangkap mereka kita harus lapor RT, RW, terus kasih lihat surat penangkapan? Kalau iya, ya sudah, selesai. Belum masuk kita sudah dibabat duluan," kata Kapolri.
BHD melanjutkan, pihaknya sudah melakukan pendekatan soft power atau deradikalisasi untuk membuat pelaku terorisme bertobat. Namun, hal itu tidak pernah didengar oleh mereka. Karena itu, tindakan tegas tetap diterapkan.
"Masyarakat harus terlindungi, harus terbebas dari ancaman. Kita melakukan tindakan tegas tapi terukur. Kalau kita brutal, pasti akan lebih banyak (teroris) yang tewas. Kenyataannya ada 500-an (teroris) yang diproses di pengadilan," tandas BHD. 
Soal keterlibatan Amir Jamaah Anshorut Tauhid, Abu Bakar Baasyir, dalam perampokan CIMB Niaga Medan, kapolri tidak menjelaskan rinci keterlibatan Baasyir. Ia hanya menyebut semua aksi kelompok di Medan terkait pelatihan terorisme di Nanggroe Aceh Darussalam.
"Yang jelas ada hubungan, tidak bisa secara rinci. Semuanya saling terkait karena sebagian perampok Medan itu terkait pelatihan Aceh," ujar BHD menjawab pertanyaan seorang wartawan.
Sebelumnya, Kapolri pernah mengatakan kelompok perampok bersenjata api di Medan tergabung dalam Al Qaeda Medan, yang merupakan gabungan dari sejumlah kelompok yang salah satunya adalah Jamaah Anshorut Tauhid pimpinan Ustad Abu Bakar Baasyir.
Namun, hal itu dibantah Baasyir melalui kuasa hukumnya dengan menegaskan, bahwa JAT tidak pernah membuka cabang di Sumatera Utara. 
Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengungkapkan saat ini Abu Tholud merupakan pimpinan baru kelompok teroris Indonesia.
"Dia (Abu Tholud) dulu pernah di tahan, tapi sekarang perannya cukup strategis di kelompok teroris," ujarnya.
Peran teroris yang memiliki nama asli Mustofa itu, menurut dia, antara lain sebagai koordinator kelompok teroris Sumatera, dan memiliki keahlian dalam mengkoordinasi kelompok teroris Aceh, Medan, dan Bandar Lampung.
Kapolri menambahkan Abu Tholud yang merupakan alumni latihan Afganistan, kini memiliki peran aktor intelektual teroris di Indonesia.
"Sekarang dia jadi daftar pencarian orang (DPO). Dia (Abu Tholud) memerintahkan melakukan perampokan di Bank CIMB Niaga Medan beberapa waktu lalu," paparnya.
Dari 563 pelaku teroris yang diadili, lanjut Kapolri yang sebentar lagi pensiun ini, sebanyak 471 terdakwa telah dijebloskan ke penjara. Namun, 245 di antaranya sudah bebas.
Ditulis oleh Harian Bangsa   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar